Produksi Bawang Merah Tumpangsari Dengan Cabai Pada Beberapa Jarak Tanam

Main Article Content

rika Despita
Achmad Nizar
Dwi Purnomo
Yan Fernanda

Abstract

ABSTRAK


Bawang merah adalah komoditas yang dibutuhkan masyarakat Indonesia setiap hari sebagai bumbu masak. Produksi bawang merah perlu ditingkatkan seiiring dengan meningkatnya kebutuhan bawang merah. Salah satu upaya perluasan penanaman bawang merah adalah intensifikasi seperti tumpangsari. Tanaman bawang merah dapat ditumpangsarikan dengan tanaman cabai.  Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari produksi bawang merah dengan pola tanam tumpangsari pada beberapa jarak tanam. Metode penelitian adalah rancangan acak kelompok dengan 6 perlakuan yaitu: tumpangsari, jarak tanam 15 x 15 cm; tumpangsari, jarak tanam 20 x 20 cm; tumpangsari jarak tanam 25 x 25 cm; monokultur, jarak tanam 15 x 15 cm; monokultur 20 x 20 cm; monokultur 25 x 25 cm. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 24 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap berat segar umbi, berat umbi kering konsumsi, produksi per ha, jumlah umbi, diameter umbi. Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F taraf 5% dan DMRT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bawang merah dalam satuan ha dengan pola tanam monokultur dan tumpangsari jarak tanam 15 x 15 cm memberikan hasil yang sama. oleh karena itu tumpangsari tanaman bawang merah dengan cabai jarak tanam 15  x 15 cm dapat diterapkan di tingkat petani.


Kata kunci: Produksi, Bawang merah, cabai, tumpangsari


 


ABSTRACT


Shallots are a commodity that Indonesians need every day as a cooking spice. Production needs to be increased in line with the need for shallots. The increase in the planting area of ​​shallots is intensification such as intercropping. Onion plants can be intercropped with chilli plants. This study aims to study the production of shallots with an intercropping cropping pattern at planting distance. The research method was a randomized group with 6 treatments, namely: intercropping, spacing 15 x 15 cm; intercropping, spacing 20 x 20 cm; intercropping with 25 x 25 cm spacing; monoculture, spacing 15 x 15 cm; monoculture 20 x 20 cm; monoculture 25 x 25 cm. Each treatment was repeated 4 times in order to obtain 24 experimental units. Observations were made on tuber fresh weight, dry tuber weight consumption, production per ha, tuber number, tuber diameter. Observation data were analyzed by means of the F test at 5% level and DMRT level 5%. The results showed that the production of ha-1 with a cropping pattern of monoculture and intercropping with a spacing of 15 x 15 cm gave the same results. Therefore, intercropping of shallots with chillies at a spacing of 15 x 15 cm can be applied to farmers.


Keywords: Production, shallots, chillies, intercropping

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Despita, rika, Nizar, A., Purnomo, D., & Fernanda, Y. (2020). Produksi Bawang Merah Tumpangsari Dengan Cabai Pada Beberapa Jarak Tanam. AGRIEKSTENSIA : Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian, 19(2), 172-180. Retrieved from https://jurnal.polbangtanmalang.ac.id/index.php/agriekstensia/article/view/1453
Section
Articles
Author Biography

rika Despita, Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

 

 

References

Aini, N., Yamika, W.S.D., Aini, L.Q., Firdaus, M.J. 2020. The Effect of Plant Spacing and Planting Model on Multiple Cropping of Red Chili (Capsicum annuum L.) and Shallot (Allium ascalonicum L.) Under Saline Soil Conditions. Indian Journal of Agricultural Research 54 (3).
Ansar, M., Bahrudin, Prastyawan, D., 20192). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah Varietas Lembah Palu Dengan Pola Tanam Berbeda di Antara Tanaman Cabai. Jurnal Pembangunan Daerah. 1 (1).
Ansar, M., Wahyudi, I., Tangkesalu, D. 20191). Growth And Yield Of Shallots Planted Between Chili Plants. Agroland: The Agriculture Science Journal. 6 (2).
Baharuddin, R. dan Sutriana, S. 2019. Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tumpangsari Cabai Dengan Bawang Merah Melalui Pengaturan Jarak Tanam Danpemupukan Npk Pada Tanah Gambut. Jurnal Dinamika Pertanian, Edisi Khusus. Nomor 3, hal 73–80.
Despita, R. Budianto. 2017. Pertumbuhan dan hasil Bawang Merah Akibat Perlakuan Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jurnal Agriekstensia 16 (1).
Jaya, L.K.D., Nurrachman, Jayaputra. 2014. The potential of intercropping food crops and energy crops to improve the productivity of degraded agricultural land in arid tropics. Journal of Degraded and mining lands management. 1 (3).
Jumini, Marliah, A., Fahmi, R. 2011. Respons Beberapa Varietas Bawang Merah Akibat Perbedaan Jarak Tanam Dalam Sistem Tumpangsari Pada Lahan Bekas Tsunami. J. Floratek, Vol 6, hal 55 -61.
Mausavi, S.R., Eskandari, H. 2011. A General Overview on Intercropping and Its Advantages In Sustainable Agriculture. Journal of Applied Environmental and Biological Sciences. 1 (11).
Mulu, M., Ngalu, R., Lazar, F. L. 2020. Pola Tanam Tumpangsari di Desa Setar Punda Barat, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat. 6 (1).
Mulyono, D., Hilman, Y., Sastro, Y., Setiani, R. 2019. Various cropping patterns of chilli and shallot crops as land intensification programs in some production centres. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science.
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 65/Kpts/TP.240/2/2000. Deskripsi Bawang Merah Varietas Bauji.
Suryanto, A. 2019. Pola Tanam. Malang: UB Press.
Sutra, A. 2017. Sortasi Dan Grading Bawang Merah. http://cybex.pertanian.go.id. Diakses tanggal 14 November 2020.
Wang Z-G, Jin X, Bao X-G, Li X-F, ZhaoJ-H, et al. (2014) Intercropping EnhancesProductivity and Maintains the Most Soil FertilityProperties Relative to Sole Cropping. Journal PLoSONE 9(12).