Keefektifan Pupuk Hayati sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Kedelai (Glicyne max) dan Unsur Hara Tanah

Main Article Content

Arum Pratiwi
Sovia Sega

Abstract

Kedelai (Glycine Max) merupakan salah satu tanaman komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Fosfor (P) dibutuhkan sebagai nutrisi oleh tanaman. Fosfat dapat mempercepat pembungaan dan pematangan buah, biji atau biji-bijian. Kandungan fosfor dalam tanah sangat rendah karena dibatasi oleh koloid tanah. Tanaman tidak bisa diserap langsung di tanah. Karenanya, pemanfaatan pupuk hayati dapat mengatasi masalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati terhadap tanaman pertumbuhan dan ketersediaan P di tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah produksi pupuk hayati dengan media pembawa dan Bacillus sp. Perhitungan TPC (Total Plate Count), budidaya Glycine hypogeal selama 20 hari, dan pengukuran parameter pertumbuhan tanaman, seperti panjang tanaman, jumlah daun, panjang akar, dan berat kering. Penelitian menunjukkan P2 menghasilkan tertinggi angka rata-rata dan angka rata-rata terendah P5 di setiap parameter. Pupuk hayati bisa meningkatkan ketersediaan P di tanah.


 Kata kunci: Bacillus sp., Biofetilizer, Kedelai, Phosporus


 


Soybean (Glycine Max.) is one of the commodity crops which has high economic value. Phosphorus (P) is needed as nutrients by crops. Phosphate can accelerate flowering and ripening fruit, seeds or grains. The content of phosphorus in the soil is very low because it is bounded by soil colloids. Crops cannot be absorbed directly P in soil. Therefore, the utilization of biological fertilizer can overcome this problem. This study aimed to determine the effect of biological fertilizer on plant growth and P availability in soil. The method used in this study is the production of biological fertilizers with the carrier media and Bacillus sp. The calculation of TPC (Total Plate Count), cultivation of Glycine Max for 20 days, and measurement of plant growth parameters, such as crops length, leaves number, root length, and dry weight. The result of this research shows P2 produce the highest average number and P5 produce the lowest average number in each parameter. Biofertilizer can increase P availability in soil.


 Keywords: Bacillus sp., Biofertilizer, Soybean, Phosphorus

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Pratiwi, A., & Sega, S. (2018). Keefektifan Pupuk Hayati sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Kedelai (Glicyne max) dan Unsur Hara Tanah. AGRIEKSTENSIA : Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian, 17(1), 51-57. https://doi.org/10.34145/agriekstensia.v17i1.73
Section
Articles

References

Adesemoye, A.O., Kloepper, J.W. 2009. Plant-microbes interactions in enhanced fertilizer-use efficiency. Appl Microbiol Biotechnol. 85, 1-12.

Agus, F dan Ruijter, J dan 2004. Pengenalan Tanah. Jakarta : World Agroforestry Centre.

Ansori, T. (2005, May 10). Bahan Organik Tanah Available: http://elisa1.ugm.ac.id/ Arcand, M.M., K.D.

Deden, A. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Bandung : Penerbit Grafindo. Gholami, A., et al. 2009. The Efferct of Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) ON Germination, Seedling Growth and Yield of Maize. World Academy of Science, Engineering and Technology : 49

Haggag, L, et al., 2014. Effect Of NPK And Biofertilizers As Soil Application On Promoting Groeth “Toffahi” Olive Seedling Under Greenhouse Condition. Journal of Agricultur Technology, 10 (6) : 1607-1617.

Hasanudin dan B.M. Gonggo. Pemanfaatan Mikrobia Pelarut Fosfat dan Mikoriza untuk Perbaikan Fosfor Tersedia, Serapan Fosfor Tanah (Ultisol) dan Hasil Jagung (pada Ultisol). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 6 (2004) : 8-13.

Kartasapoetra, A. G. dan Sutedjo. 2005. Pupuk dan Cara Pemupukannya. Rineka Cipta, Jakarta.. Lawani, M. 1993. Panili. Kanisius, Yogyakarta.

Muraleedharan, H., S. Seshadri dan K. Perumal. 2010. Biofertilizer (Phosphobateria). Shri AMM Murugappa Chettiar Research Centre Taramani. Chennai

Musfal. 2010. Potensi Cendawan Mikoriza Arbuskula Untuk Meningkatkan Hasil Tanaman Jagung. Jurnal Litbang Pertanian 29 (4) : 154-158.

Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Tertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XV, No. 2. Rajasekaran, S., Ganesh Shankar, K., Jayakumar, K., Rajesh, M., Bhaaskaran, C., Sundaramoorthy, P. 2012. Biofertilizers current status of Indian agriculture. J. Environ. Bioenergy, 4(3): 176 1

Prasetya, B. 2009. Pengaruh Dosis Dan F'rekuensi Pupuk Cair Terhadap Serapan N Dan PerTumbuhan Sawi (Brassica juncea) Pada Entisol. J. AGRITEK Vol. 17 NO. 5.

Schneider. 2006. Plant and microbial based to improve the agronomic effectiveness of phosphate rock: A Review. An. Acad. Bras. Cienc. 78:791-807. Chen, M., et al. 2006. Ezimatic hydrolisis of corncob and ethanol production from cellulosic hydrolisate. International Biodeterioration & Biodegradation, Vol. 59, hal 85-89, China.
Shariati, S. 2013. Application of Vermicompost as a Carrier of Phosphate Solubilizing Bacteria (Pseudomonas fluorescens) in Increase Growth Parameters of Maize. International. Journal of Agronomy and Plant Production. Vol., 4 : 8-10.

Setiawati, M. 2008. Identifikasi dan kuantifikasi metabolit bakteri pelarut fosfat dan pengaruhnya terhadap aktivitas Rhizoctonia solani padatanaman kedelai. J. Tanah Trop13(3):233- 240. Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016 146

Simanunkalit, R.D.M. dan D.A. Suriadikarta. 2006. Pupuk Orgnaik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Smith, J. dan H.P. Collins. 2007. Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia: Suatu Pendekatan Terpadu. Buletin Agrobio, 4 (2): 56-61.